Poltekpar Bali dan STED Swisscontact Pimpin Proyek Green Skills in Tourism Pertama di Dunia: Blue Print Masa Depan Pariwisata Berkelanjutan

Okt 2, 2024 | FGD, Green Skills, STED

Poltekpar Bali dan STED Swisscontact Pimpin Proyek Green Skills in Tourism Pertama di Dunia: Blue Print Masa Depan Pariwisata Berkelanjutan

Bali, 1 Oktober 2024 – Bali kembali mencatat sejarah sebagai pusat inovasi keberlanjutan global dengan dilaksanakannya acara Green Skills in Tourism Gap Assessment through Focus Group Discussion antara STED Swisscontact Indonesia, Swisscontact Global Office, dan Politeknik Pariwisata Bali. Acara yang berlangsung di UID Bali Campus, Serangan ini merupakan bagian dari proyek percontohan pertama di dunia yang secara khusus menilai kesenjangan keterampilan hijau (Green Skills) di sektor pariwisata dan industri terkait.

Kegiatan ini diinisiasi oleh STED Swisscontact Indonesia dan Swisscontact Global Office, bekerja sama dengan Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Politeknik Pariwisata Bali. FGD ini dipimpin oleh Ibu Putu Diah Sastri Pitanatri, Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Poltekpar Bali, serta Ibu Zahrah Ratna Sari, Senior Program Officer Public Private Partnership SS4C (Swisscontact Indonesia). Riset kolaboratif ini bertujuan untuk mengidentifikasi Green Skills in Tourism yang mendesak dibutuhkan dalam industri pariwisata berkelanjutan dengan fokus khusus pada wilayah Bali dan sekitarnya. Melalui pendekatan berbasis diskusi kelompok (FGD), para pakar dari berbagai sektor mengupas kebutuhan Green Skills in Tourism yang akan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan global perubahan iklim dan transisi menuju ekonomi rendah karbon.

Niklaus Waldvogel, Advisor Skills Development, Green Skills & Job Focal Point Swisscontact, dalam sambutannya menyatakan, “This initiative is a critical step in addressing the global demand for Green Skills in Tourism in tourism. By starting in Bali, we aim to set an example that can be replicated worldwide, showing that sustainable practices can become a competitive advantage for the tourism industry.” Menurut Niklaus, inisiatif ini merupakan langkah penting dalam menjawab kebutuhan global akan Green Skills in Tourism di sektor pariwisata. Dengan memulai dari Bali, diharapkan dapat memberikan contoh yang bisa direplikasi di seluruh dunia, menunjukkan bahwa praktik berkelanjutan dapat menjadi keunggulan kompetitif bagi industri pariwisata. Upaya kolaboratif yang dilakukan hari ini akan menyoroti pentingnya menyelaraskan pendidikan, kebutuhan industri, dan tujuan keberlanjutan, pungkasnya lebih lanjut.

Pilot Project: Rasa Lokal Dampak Global

Sebagai proyek percontohan pertama di dunia, Green Skills in Tourism Gap Assessment ini diharapkan mampu menjadi blueprint bagi destinasi wisata lainnya di seluruh dunia dalam meningkatkan Green Skills in Tourism tenaga kerja mereka. Bali, sebagai pusat kegiatan perdana ini, diharapkan menjadi contoh nyata bagaimana sektor pariwisata dapat mengadopsi Green Skills in Tourism sebagai keunggulan kompetitif. Proyek ini juga menggali lebih dalam kesenjangan antara Green Skills in Tourism yang diperlukan oleh industri dan ketersediaan tenaga kerja yang memiliki keterampilan tersebut.

Lima Green Skills in Tourism utama yang menjadi fokus riset ini meliputi manajemen lingkungan, efisiensi sumber daya, manajemen karbon, pengembangan produk dan layanan hijau, serta komunikasi keberlanjutan. Hasil ini menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan implementasi Green Skills in Tourism di lapangan, dengan perbedaan rata-rata sebesar 0,50 poin. Hal ini mengindikasikan perlunya peningkatan pelatihan dan dukungan infrastruktur untuk memperkuat implementasi Green Skills in Tourism. Dengan adanya analisis menyeluruh, diharapkan hasil dari riset ini dapat mempercepat adopsi Green Skills in Tourism sebagai keunggulan kompetitif dalam sektor pariwisata.

Poltekpar Bali: Penggerak Utama Menuju Pariwisata Berkelanjutan

Sebagai salah satu penyelenggara utama, Politeknik Pariwisata Bali, khususnya Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, memainkan peran krusial dalam proyek global ini. Poltekpar Bali, yang dikenal sebagai institusi pendidikan pariwisata terdepan, memiliki komitmen kuat dalam mengintegrasikan hasil riset ini ke dalam program pendidikan dan pelatihan mereka. Dengan mempersiapkan lulusan yang tidak hanya kompeten di bidang pariwisata, tetapi juga memiliki Green Skills in Tourism yang relevan, Poltekpar Bali berkontribusi langsung dalam mendorong transisi menuju industri pariwisata yang lebih ramah lingkungan.

Direktur Politeknik Pariwisata Bali, yang dalam kesempatan ini diwakili oleh Ketua Jurusan Hospitaliti, Bapak I Made Rumadana, menegaskan bahwa, “Melalui kolaborasi global ini, kami ingin memastikan bahwa Bali tidak hanya menjadi pusat destinasi wisata, tetapi juga menjadi pionir dalam mengembangkan Green Skills in Tourism di tingkat internasional. Kami berkomitmen untuk menjadikan keberlanjutan sebagai inti dari setiap aspek industri pariwisata.”

Acara FGD ini dihadiri oleh berbagai stakeholder yang erat kaitannya dengan pariwisata hijau, termasuk perwakilan dari kalangan akademisi, pengusaha, komunitas masyarakat, hotelier, media, serta organisasi nirlaba. Kehadiran berbagai elemen ini mencerminkan komitmen yang luas dalam mendukung pengembangan  di Bali, sekaligus menunjukkan kolaborasi lintas sektor yang menjadi kunci keberhasilan proyek ini.

Hasil dari diskusi kelompok ini akan menjadi dasar bagi pengembangan kebijakan dan program pelatihan yang lebih komprehensif di bidang Green Skills in Tourism, sebagai pilot project yang digagas pertama didunia. Melalui dukungan penuh dari STED Swisscontact dan Swisscontact Global Office, proyek ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja, tetapi juga mendorong perubahan mendasar dalam cara industri pariwisata beroperasi menuju keberlanjutan.